Sabtu, 13 September 2025

Pelukan Sebelum Tidur: Jejak Hangat yang Tak Pernah Hilang

 


“Selamat tidur, Mama. Selamat tidur, Papa.”

Kalimat sederhana yang dulu selalu terdengar setiap malam di rumah kami. Diiringi pelukan kecil dari tangan-tangan mungil yang kini telah beranjak remaja. Seingatku, kebiasaan itu mulai memudar ketika mereka masuk bangku SMP—bukan karena cinta yang berkurang, mungkin hanya karena mereka merasa sudah “dewasa”. Namun jauh di dalam hati, aku yakin pelukan-pelukan kecil itu meninggalkan jejak yang dalam.

Dari sudut pandang psikologis, pelukan pada anak bukan sekadar sentuhan fisik. Sentuhan lembut dan penuh kasih itu menstimulasi produksi hormon oksitosin—hormon yang sering disebut sebagai “hormon cinta”. Oksitosin membantu menurunkan kadar stres, memperkuat rasa aman, dan membangun ikatan emosional yang kuat antara anak dan orang tua. Saat anak merasa diterima dan dicintai, mereka tumbuh dengan rasa percaya diri yang lebih baik, dan memiliki kemampuan lebih besar untuk membangun hubungan yang sehat di kemudian hari.


Pelukan juga menjadi bahasa cinta yang tidak memerlukan kata-kata. Dalam diam, anak merasakan bahwa dirinya berharga dan dicintai. Bahkan ketika mereka tumbuh dan mulai menjaga jarak secara fisik, memori tentang rasa aman itu tetap melekat di hati mereka. Ia menjadi pondasi yang kokoh bagi kepribadian mereka.

Maka meski kebiasaan itu telah berlalu, aku percaya setiap pelukan kecil yang dulu mereka berikan adalah investasi rasa aman yang akan mereka bawa seumur hidup. Dan mungkin, suatu hari nanti, mereka pun akan memeluk anak-anak mereka dengan cara yang sama—meninggalkan jejak hangat yang tak pernah hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar