Rabu, 10 September 2025

Kenapa Anak Zaman Sekarang Suka Jawab Kalau Dimarahin?




 

Dulu, waktu aku masih kecil, setiap kali orang tua menegur, biasanya aku hanya diam. Rasanya tidak ada pilihan lain selain menerima. Teguran dianggap sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. Namun, anak-anak sekarang—khususnya generasi Z—punya cara berbeda. Setiap kali ditegur, mereka hampir selalu punya jawaban.

Anak nomer duaku, tidak terkecuali. Saat aku atau mamanya menegur, ia sering menanggapi dengan alasan-alasan yang menurutnya masuk akal. Kadang ia terdengar serius, kadang lucu, kadang juga membuat kami justru tambah marah. Terus terang, perilaku itu sering menyebalkan, karena di mataku dan mamanya, teguran mestinya diterima, bukan dibalas. Tapi ketika kutanya kenapa ia melakukannya, jawabannya sederhana: “Biar nggak stres.”

Kalimat itu membuatku berpikir. Mungkin benar, generasi ini sedang berusaha menjaga diri. Mereka tumbuh di tengah banyak tekanan: sekolah dengan target tinggi, informasi yang datang tanpa henti, tuntutan dari media sosial, juga harapan orang tua. Menjawab teguran bagi mereka bukan sekadar mencari alasan, melainkan cara untuk melepaskan sedikit beban di hati.


Aku lalu teringat pada masa kecilku. Teguran sering kupendam, kadang sampai membuat hati terasa sesak. Tetapi anakku memilih jalur berbeda: mengekspresikan isi hati lewat kata-kata. Bagi telinga orang tua, kadang terdengar menyebalkan. Namun jika kulihat lebih dalam, ada maksud yang baik—ia ingin tetap tenang, tidak membawa rasa bersalah terlalu lama.

Dari situ aku belajar bahwa komunikasi memang ikut berubah seiring zaman. Kalau dulu diam dianggap bentuk hormat, sekarang generasi ini menunjukkan bahwa berbicara juga bisa jadi cara menghormati—bukan hanya orang lain, tapi juga diri sendiri.

Sebagai orang tua, tentu aku tetap ingin anakku mengerti sopan santun dan tahu batasan. Tetapi aku juga mulai memahami: jawaban yang keluar dari mulutnya bukan semata-mata untuk melawan, melainkan bentuk keberanian untuk jujur tentang apa yang ia rasakan.

Fenomena anak zaman sekarang yang “selalu njawab” mungkin terasa mengganggu, bahkan bisa memicu amarah. Namun jika kita mau menurunkan sedikit ego dan mencoba mendengar, kita bisa melihat sisi lain. Kadang, sebuah jawaban sederhana justru menunjukkan bahwa mereka sedang belajar menjaga hati, mencari keseimbangan, dan… ya, sekadar biar nggak stres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar