Pertengahan Juni, Solo menyambut kami bukan hanya dengan pencarian kos untuk anak sulung, tapi juga dengan cerita kebersamaan. Dari lorong Kampung Batik Kauman, segarnya es dawet di Pasar Gede, hingga ibadah di Gladak—kami belajar, tujuan bisa bergeser, tapi kebersamaan selalu jadi inti perjalanan.
Liburan kali ini membawa kami sekeluarga ke Kota Solo, sebuah kota yang
hangat dan sarat dengan cerita. Tujuan utama kami sebenarnya sederhana: mencari
kos untuk anak sulung yang akan segera memulai kuliah di Universitas Sebelas
Maret. Namun, Tuhan memberikan lebih dari itu. Perjalanan ini berubah menjadi
kesempatan berharga untuk menikmati kebersamaan, berjalan pelan-pelan di
jalanan Solo, dan menyelami keindahan budaya yang ditawarkan kota ini.
Salah satu momen indah kami adalah ketika
berfoto bersama di Kampung Batik Kauman.
Bangunan tua dengan pintu dan jendela klasik di sana seakan menjadi saksi
bagaimana kebersamaan kami terikat dalam satu bingkai. Ada rasa hangat melihat
senyum-senyum yang tulus, meski sederhana, namun menyimpan arti mendalam: bahwa
kebersamaan keluarga adalah anugerah yang tak ternilai.
Perjalanan kemudian membawa kami ke Pasar Gede, pusat kehidupan kuliner dan
tradisi Solo. Di sana, kami merasakan segarnya es dawet yang terkenal, dan tak ketinggalan mencicipi dimsum viral yang ramai diperbincangkan.
Ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa duduk bersama, saling menunggu, dan
berbagi rasa. Walaupun serabi Solo yang khas belum sempat kami nikmati, justru
itulah yang membuat kami sadar—selalu akan ada alasan untuk kembali lagi ke
kota ini.
Minggu pagi kami rayakan dengan penuh syukur
di GPIB Penabur Gladak, sebuah
gereja yang berdiri anggun di perempatan. Beribadah di sana menjadi pengalaman
yang menyejukkan, seolah Tuhan mengingatkan bahwa setiap langkah perjalanan,
bahkan dalam liburan sekalipun, adalah kesempatan untuk bersyukur dan
meneguhkan iman.
Dari perjalanan singkat ini, kami belajar
bahwa liburan bukan semata tentang destinasi atau daftar kuliner yang berhasil
dicoba. Liburan adalah tentang kebersamaan,
percakapan, dan tawa sederhana yang mempererat hati. Solo memberi kami
lebih dari sekadar kenangan jalan-jalan, tetapi juga pengingat bahwa dalam
setiap langkah kecil keluarga, selalu ada kisah yang membentuk, menguatkan, dan
menginspirasi.
an mungkin, di lain waktu, kami akan kembali
lagi ke Solo, entah untuk menjenguk anak di perantauan, atau sekadar
menuntaskan janji yang tertinggal: menikmati serabi hangat di kota budaya ini.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar