Ada satu hal yang akhir-akhir ini sering berputar di kepalaku: pendidikan
anak-anakku kelak. Aku percaya Tuhan akan selalu mencukupkan. Itu pegangan yang
tidak pernah berubah dalam hidupku. Tetapi, sebagai manusia biasa, rasa
khawatir itu tetap saja hadir.
Biaya pendidikan tidak pernah benar-benar murah.
Apalagi ketika memikirkan perguruan tinggi, jurusan, dan segala yang
menyertainya. Aku tahu, suatu hari nanti anak-anakku akan berdiri di
persimpangan: memilih universitas, menentukan jurusan terbaik, bahkan mungkin
merantau ke kota lain. Dan aku sebagai ayah hanya bisa berusaha menyiapkan
jalannya sebaik mungkin.
Namun, ada kalanya kegelisahan ini mengganggu.
Bukan karena aku tidak percaya, tapi karena aku tahu tanggung jawab itu nyata
adanya. Aku tidak ingin mereka merasa jalan pendidikan adalah hal yang mudah
hanya karena ayah dan mamanya berusaha menutupi semua susah-payahnya.
Itulah sebabnya, aku mulai membagi sedikit
kegelisahan ini pada mereka. Bukan untuk menakut-nakuti. Bukan untuk mematahkan
mimpi. Sama sekali bukan. Aku ingin mereka mengerti bahwa apa pun yang kelak
mereka dapatkan, kesempatan kuliah di kampus bagus, jurusan yang sesuai pilihan,
atau bahkan pengalaman berharga selama belajar, semuanya lahir dari perjuangan
keluarga.
Ya, keluarga.
Bukan hanya perjuangan ayah dan mama yang
bekerja, tetapi juga perjuangan mereka sendiri untuk belajar dengan
sungguh-sungguh, untuk menghargai kesempatan yang ada, untuk menyadari bahwa
apa yang mereka capai nanti bukanlah hadiah instan. Itu hasil dari langkah
bersama.
Aku pernah berkata pada anakku, “Nak, bukan
soal mahal atau murahnya nanti, tapi soal bagaimana kita menghargai setiap
perjuangan. Uang bisa dicari, tapi tanggung jawab hanya bisa lahir dari hati
yang mau belajar.” Ia hanya mengangguk, mungkin belum sepenuhnya mengerti. Tapi
aku percaya, satu hari nanti kata-kata itu akan menemukan tempatnya.
Sering kali aku berpikir, mungkin rasa gelisah
ini adalah bagian dari perjalanan menjadi orangtua. Kita cemas bukan karena
kurang percaya, melainkan justru karena cinta. Kita ingin anak-anak memiliki
jalan terbaik, tapi kita juga ingin mereka belajar arti perjuangan di balik
semua itu.
Dan di sanalah aku merasa, pendidikan bukan
hanya tentang ijazah atau gelar. Pendidikan adalah tentang karakter. Tentang
bagaimana anak-anak belajar menghargai jerih payah, memahami arti kerja keras,
dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kesempatan yang mereka terima.
Aku tidak ingin mereka kuliah hanya untuk
“menghabiskan uang orangtua”. Aku ingin mereka kuliah dengan kesadaran bahwa
ada cinta, doa, dan keringat yang ikut menyertai langkah mereka. Bahwa ada
harapan keluarga yang mereka bawa, bukan sebagai beban, melainkan sebagai
motivasi.
Kadang aku bertanya pada diriku sendiri:
apakah kegelisahan ini akan selalu ada? Mungkin iya. Tapi aku mulai belajar
menerimanya sebagai bagian dari perjalanan. Seperti berjalan di jalan panjang
yang kadang berkabut. Kita tidak bisa melihat ujungnya dengan jelas, tetapi
kita tetap melangkah karena tahu ada tujuan di depan.
Dan setiap kali aku menatap wajah anak-anakku,
kegelisahan itu berubah pelan-pelan menjadi doa. Doa yang sederhana: semoga
mereka belajar menjadi manusia yang bertanggung jawab, apa pun jalannya kelak.
Karena pada akhirnya, itulah yang paling penting.
Bagi setiap orangtua, mungkin kegelisahan ini
terasa akrab. Kita semua ingin memberikan yang terbaik, meski sering kali
dibayangi keterbatasan. Namun justru di situlah indahnya: kita berjuang
bersama, sebagai keluarga. Dan bukankah itu juga bagian dari pendidikan?
Bukan hanya pendidikan untuk anak-anak, tetapi
juga pendidikan untuk kita, para orangtua, tentang bagaimana percaya, berjuang,
dan menyerahkan hasil pada Tuhan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar